Lembaga dalam
suatu Desa Wisata
Faktor
pendukung dalam pengembangan dan kemajuan suatu desa wisata, salah satunya
ialah adanya suatu lembaga/organisasi yang terjun secara penuh untuk saling
bekerjasama dan berkoordinasi satu dengan yang lainnya. Dalam lembaga tersebut
perlu melibatkan seluruh masyarakat lokal, baik anak-anak, remaja maupun orang
tua dari segala latar belakang. Selain mengandalkan peran dari masyarakat
lokal, kelembagaan tersebut dapat dibantu oleh pemerintah, akademisi, dan
semacamnya sebagai wadah mengedukasi masyarakat lokal untuk menjadikan desa
wisata tersebut memiliki kualitas yang tinggi. Sebesar apapun dan sebagus
apapun potensi yang akan menjadi komoditas unggulan di suatu desa wisata, jika
tidak ada suatu lembaga atau bahkan terbentuk suatu lembaga yang hanya sebagai
formalitas, maka bisa dipastikan kegiatan pariwisata itu tidak akan lama,
karena pariwisata dengan segala karakteristiknya tetap diperlukan pengelolaan
yang profesional dan inovatif.
Setelah melakukan diskusi kemarin,
kelompok kami menyepakati bahwa dalam suatu desa wisata harus terdapat susunan
lembaga yang jelas dan terstruktur, sehingga masyarakat lokal pun dapat bekerja
sebaik mungkin sesuai dengan tugas dan kewajibannya masing-masing yang telah
disepakati. Berikut contoh susunan lembaga yang baik di suatu desa wisata :
1.
Ketua Umum
2.
Wakil Ketua
3.
Bendahara I dan
Bendahara II
4.
Sekertaris I dan
Sekertaris II
5.
Sie Pemasaran
6.
Sie Home
Industry
7.
Sie Seni dan
Budaya
8.
Sie Keamanan dan
Kebersihan
9.
Sie Homestay
10. Sie Konsumsi
Di Yogyakarta, dapat kita lihat contoh dari
desa wisata yang sangat baik dalam hal lembaga ialah Desa Wisata Kembang Arum. Di
desa wisata ini dapat kita lihat adanya struktur lembaga yang sudah jelas
sesuai dengan kebutuhan desa wisata tersebut. Masyarakat lokal begitu antusias
dan saling bekeja sama antar-anggota dalam hal pembangunan desa wisata tersebut.
Anggota lembaga (masyarakat lokal) tersebut sudah dibimbing dan diedukasi
mengenai pembagian tugas dan tanggung jawab. Bahkan, di desa tersebut dalam
beberapa pekan sekali melakukan evaluasi untuk pembenahan sistem pelayanan,
menampung keluhan wisatawan dan merencanakan inovasi untuk semakin menjadikan
desa wisata tersebut lebih baik. Sehingga dengan adanya kelembagaan yang baik
di desa wisata tersebut, tentu wisatawan akan merasakan kepuasan ketika berkunjung
dan kesejahteraan m,asyarakat lokal pun semakin bertambah.
Namun, hal berbeda terjadi pada Desa
Wisata Kauman. Di desa wisata ini memang terdapat suatu lembaga yang mengelola
desa wisata tersebut, namun tidak begitu difungsikan atau sebagai formalitas
saja. Ketika beberapa pekan lalu, seorang teman saya mengunjungi desa wisata
tersebut, terdapat masyarakat lokal yang tidak mengetahui sedikitpun mengenai
lembaga yang ada di desa tersebut dan peran belaiu sebagai masyarakat lokal
daerah tersebut. Selain tidak melibatkan seluruh masyarakat lokal, desa wisata
tersebut kurang menggunakan lembaga tersebt untuk update terhadap perkembangan desa wisata lainnya, sehingga tidak
ada inovasi dari para anggota untuk diterapkan dalam pengembangan desa wisata
tersebut. Maka tidak heran, apabila desa wisata ini dinilai kurang berkembang
dibanding Desa Wisata Kembangarum.