Senin, 12 Maret 2018

Manajemen Desa Wisata VI : Desa Wisata Ngringinan



Desa Wisata Ganjuran, Bantul, DIY





            Beberapa hari yang lalu saya bersama teman-teman seangkatan D3 Kepariwisataan Universitas Gadjah Mada berkunjung ke salah satu desa wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta. Mungkin, nama desa wisata ini masih terdengar asing di telinga sebagian masyarakat luar, karena desa wisata ini masih tergolong desa wisata berkembang, sehingga tugas kita sebagai wisatawan yang baik dan warga Indonesia yang mencintai kekayaan budayanya perlu membantu dalam mempromosikan maupun mendukung segala aktifitas yang dapat mengembangkan desa wisata ini. Meski begitu, bukan berarti desa wisata ini kalah atau buruk dari desa wisata lainnya, namun Desa Wisata Ngringinan ini cukup memiliki keunikan tersendiri di mata masyarakat lokal dan wisatawan, kita bisa menjelajahi Bantul dari sisi yang berbeda. Ketika kita disana, kita akan disambut oleh penduduk lokal yang ramah dan bersahaja. Suasana pedesaan dan kegiatan masyarakat yang hidup dalam kesederhanaan membuat  saya cukup nyaman untuk menikmatinya. Saat itu saya juga diajak untuk menelusuri jejak Bantul di masa penjajahan Belanda, yakni Museum Bantul Masa Belanda yang  menyimpan banyak benda, foto, dan film dokumenter tentang beberapa peninggalan Belanda di akhir tahun 1800-an dan di awal tahun 1900-an di Bantul dan sekitarnya. Museum ini cukup sederhana, yang terdiri dari beberapa ruangan, namun cukup dapat menggambarkan suasana Bantul pada zaman itu.
Selain itu, saya juga mengunjungi tempat iconic yang terdapat di desa wisata ini, yakni Gereja Hati Kudus Yesus Ganjuran, yang letaknya tidak jauh dari museum tersebut dibangun. Gereja ini mulai dibangun pada tahun 1924 atas prakarsa dua bersaudara keturunan Belanda, Joseph Smutzer dan Julius Smutzer. Bangunan ini dirancang dengan perpaduan gaya Eropa, Hindu dan Jawa. Gaya Eropa dapat ditemui pada bentuk bangunan berupa salib, sementara gaya Jawa bisa dilihat pada atap yang berbentuk tajug, bisa digunakan sebagai atap tempat ibadah. Atap itu disokong oleh empat tiang kayu jati, melambangkan empat penulis Injil, yaitu Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Nuansa Jawa juga terlihat pada altar, sancristi (tempat menyimpan peralatan misa), doopvont (wadah air untuk baptis) dan chatevummenen (tempat katekis). Patung Yesus dan Bunda Maria yang tengah menggendong putranya juga digambarkan tengah memakai pakaian Jawa. Demikian pula relief-relief pada tiap pemberhentian jalan salib, Yesus digambarkan memiliki rambut mirip seorang pendeta Hindu.
Gereja ini menawarkan sentuhan rasa yang berbeda dari gereja pada umumnya.  Kita akan disuguh dengan bangunan candi yang dinamai Candi Hati Kudus Yesus dengan teras berhias relief bunga teratai dan patung Kristus dengan pakaian Jawa. Saya pun banyak menemui banyak orang yang melaksanakan ibadah/ziarah di candi ini dengan khidmat. Pertama, peziarah bisa menuju tempat pengambilan air suci yang berada di sebelah kiri candi. Setelah mengambil air suci, anda bisa duduk bersimpuh di depan candi dan memanjatkan doa permohonan. Prosesi ibadah diakhiri dengan masuk ke dalam candi dan memanjatkan doa di depan patung Kristus. Beberapa peziarah sering mengambil air suci dan memasukkannya dalam botol, kemudian membawa pulang air itu setelah didoakan.
Tidak hanya menawarkan atraksi wisata berupa bangunan, Desa Wisata Ngringinan cukup terkenal dengan pembuatan makanan tradisional, yakni madumongso. Ketika di Desa Wisata Ngringinan, salah satu pengelola desa wisata ini menunjukkan beberapa madumongso yang dapat kita beli. Apabila berminat, wisatawan pun dapat mengikuti dan membantu dalam proses pembuatannya bersama masyarakat lokal. Cita rasa dari madumongso khas Desa Wisata Ngringinan ini cukup legit dan berbeda dari madumongso lainnya, khususnya madumongso dari Jawa Timur. Menurut keterangan dari beberapa pengelola desa wisata ini, Desa Wisata Ngringinan juga banyak didatangi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara, salah satunya UNIDA Gontor. Sebenarnya, di desa wisata ini kita tidak hanya melihat dan merasakan hal yang sudah saya paprkan saja, namun banyak hal lainnya yang dapat kita nikmati di tempat ini. Misalnya, wisatawan dapat menikmati suasana dan berinteraksi dengan masyarakat lokal di desa wisata ini lebih lama dapat menginap di homestay-homestay yang disediakan oleh masyarakat lokal. Selain itu, sensasi membajak sawah, membuat patung kayu, dan sebagainya. Namun, karena waktu saya kemarin cukup terbatas, jadi hanya itu saja yang bisa saya ceritakan J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar